Laporan Tetap Praktikum
Kimia Analisis Dasar
Kelompok 1
Adhe Julian Pertananda (061540421929)
Andhika Sandi Panorama (061540421931)
Dinna Khoiruummah (061540421936)
Dita Indah Sari (061540421937)
Putu
Yoga Andre S. (061540422263)
Tasya Athira Makaminan (061540422264)
Instruktur : Dr. Martha Aznury, M.Si.
Judul Percobaan : Titrasi Asam Basa (Penentuan
Karbonat-Bikarbonat)
Kelas : 1. KI B
Prodi
: Teknologi Kimia Industri
Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Tahun Akademik 2015-2016
- Tujuan Percobaan
Mampu
melakukan penentuan karbonat bikarbonat
dalam cuplikan dengan cara titrasi menggunakan dua indikator.
- Rincian Percobaan
a.
Standarisasi larutan baku HCL dengan
Na2CO3
b.
Titrasi cuplikan untuk menentukan
kadar karbonat dan bikarbonat dengan menggunakan dua indikator.
- Dasar Teori
Ion karbonat
dapat ditentukan dengan cara titrasi dua langkah yaitu dengan menggunakan dua
indikator :
CO32-
+ H3O+
à HCO3–
+ H2O (Fenolftalein)
HCO3–
+ H3O+ à H2CO3 +
H2O (Metil Orange)
Fenolftalein
bekerja sebagai indikator untuk titrasi tahap pertama dengan perubahan warna
dari merah ke tidak bewarna. Metal orange bekerja sebagai indikator tahap kedua
dengan perubahan warna dari kuning menjadi
jingga. Fenolftalein dengan jangkauan pH 8,0 sampai 9,6 merupakan
indicator yang cocok untuk titik akhir pertama, karena pH larutan NaHCO3
berjumlah 8,35. Metill orange dengan
jangkauan pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik akhir kedua. Suatu larutan jenuh CO2
mempunyai pH kira – kira 3,9 . kedua titik akhir tersebut tidak satu pun membentuk
patahan yang sangat tajam
Campuran karbonat dan bikarbonat , atau karbonat hidroksida dapat dititrasi dengan HCL standar sampai kedua titik akhir tersebut diatas. Dalam table 1 , V1 adalah volum asam dalam ml yang digunakan dari permulaan sampai titik akhir fenolfatalein dan V2 merupakan volum dari titik akhir fenolfatalein sampai titik akhir metil orange . Hal ini membuktikan bahwa NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama , NaHCO3 hanya bereaksi dalam tahap kedua , dan Na2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan menggunakan volum titran yang sama dalam kedua tahap.
Campuran karbonat dan bikarbonat , atau karbonat hidroksida dapat dititrasi dengan HCL standar sampai kedua titik akhir tersebut diatas. Dalam table 1 , V1 adalah volum asam dalam ml yang digunakan dari permulaan sampai titik akhir fenolfatalein dan V2 merupakan volum dari titik akhir fenolfatalein sampai titik akhir metil orange . Hal ini membuktikan bahwa NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama , NaHCO3 hanya bereaksi dalam tahap kedua , dan Na2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan menggunakan volum titran yang sama dalam kedua tahap.
Hubungan Volum dalam Titrasi Karbonat :
Zat
|
Hubungan Untuk Identifikasi Kualitatif
|
Milimol
Zat
|
NaOH
NaHCO3
Na2CO3
NaOH
+
Na2CO3
NaHCO3 +
NaCO3
|
V2 =
0
V1 =
V2
V1 =
0
V1 >
V2
V1 <
V2
|
M x V1
M x V1
M x V2
NaOH = M (V1-V2)
Na2CO3 = M x V2
NaHCO3 = M (V2-V1)
Na2CO3 = M x V1
|
|
|
|
- Alat yang digunakan
- Neraca analitis
- Kaca arloji
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet ukur
- Gelas kimia
- Labu takar
- Spatula , pengaduk
- Bola karet
- Gambar Alat
(Terlampir)
- Bahan yang digunakan
- Cuplikan yang mengandung karbonat bikarbonat
- HCL
- Na2CO3
- Indicator fenolftalein
- Indicator metal orange
- Aquadest
7 Langkah Kerja
A . Standardisasi
Larutan Baku HCl dengan Na2CO3
- Membuat larutan 0,1 M HCl dengan volume 500 ml
- Menimbang dengan teliti 0,4 gr Na2CO3 , melarutkan dengan aquadest sampai 100 ml
- Menyiapkan 3 buah Erlenmeyer
- Mengambil Alikot sebanyak 25 ml untuk masing-masing Erlenmeyer
- Menambahkan 2 tetes indikator metil merah
- Mentitrasi dengan HCl , kemudian mencatat volumenya
B. Penentuan
Karbonat Bikarbonat
·
Menimbang dengan teliti 0,5 gr cuplikan yang mengandung
Na2CO3 dan NaHCO3 (cuplikan 1) 0,5 gram NaOH (cuplikan 2)
·
Melarutkan masing masing cuplikan kedalam akuades
sampai 100 ml
·
Menyiapkan 3 buah Erlenmeyer, mengisi masing-masing
dengan 25 ml alikot
·
Menambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
·
Mentritasi dengan HCl hingga berubah warna dari merah
menjadi tidak berwarna
·
Mencatat volume titran
·
Menambahkan 2 tetes indikator metil orange
·
Mentritasi dengan HCl hingga berubah warna dari kuning
menjadi jingga.
8. Data
Pengamatan
8.1 Standarisasi larutan HCl
No
percobaan
|
Volume HCl (ml)
|
|
1
|
20,8 ml
|
|
2
|
20,5 ml
|
|
3
|
19,8 ml
|
Rata rata volume titran = 20,36
ml
8.2 Penentuan karbonat –
bikarbonat
Cuplikan mengandung Na2CO3 + NaOH
No percobaan
|
Volume HCl (ml) pada titrasi ke – 1 (pp)
|
Volume HCl (ml) pada titrasi ke – 2 (m.o)
|
|
|
|
|
|
1 22,5 ml 8 ml
2 21,6 ml 7,7 ml Terbukti V1 > V2
3 20 ml 9,4 ml
Rata
rata volume : 21,36 ml 8,36 ml
Cuplikan mengandung NaOH
No
percobaan Volume HCl(ml) pada titrasi
ke-1 (pp) Volume HCl pada titrasi ke-2
(m.o)
1 34,1 ml 1,1
ml
2 33 ml 1,3
ml
3 33 ml 1,4
ml
Volume rata
rata : 33,36 ml 1,26 ml
Terbukti V2 = 0 yaitu sangat sedikit/tidak bereaksi pada titrasi tahap kedua(indikator m.o)
9. Perhitungan
9.1 Standarisasi larutan HCl
Mek standar
primer = Mek tirtran
g. Na2CO3 / BE
Na2CO3 = V HCl x N HCl
N HCl
= g. Na2CO3 / BE Na2CO3 . V HCl
=
25/100 . 400 mg /
53 mg/ek .
20,36 ml
=
100 / 1079,08
= 0,09267 N
9.2 Penentuan karbonat bikarbonat dengan HCl
Cuplikan 1 (Na2CO3 + NaOH)
V1 > V2
%
Na2CO3 = ( V2 HCl . N HCl . BE Na2CO3
/ g. Sampel ) x 100
=
( 8,36 ml . 0,0926 N . 53 mg/ek
/ 25/100 . 500 mg ) x 100
=
( 41, 029 / 125 ) x 100
=
32,82 %
% NaOH
= ( ( V1 – V2
) HCl . N HCl . BE NaOH / g.
Sampel ) x 100
=
( 13 ml . 0,0926 N . 40 mg/ek
/ 25/100 . 500 mg ) x 100
=
( 48,152 / 125 ) x 100
=
38,52 %
Cuplikan 2 ( NaOH)
V2 = 0
% NaOH
= ( V1 HCl . N HCl .
BE NaOH / g. Sampel ) x 100
=
( 33,36 ml . 0,0926 N . 40 mg/ek
/ 25/100 . 500 mg) x 100
= ( 123,56
/ 125 ) x 100
=
98,85 %
10. Pertanyaan
- Tuliskan rumus kimia untuk indicator fenolftalein , dan reaksinya terhadap perubahan pH ?
- Berapakah jangkauan pH indicator yang digunakan pada percobaan ini ?
- Sebuah
contoh berat 0,5g yang mungkin mengandung NaOH , Na2CO3
, NaHCO3 atau campuran NaOH + Na2CO3 atau
NaHCO3 + Na2CO3 dititrasi dengan 0,1011M HCL
dengan cara dua indicator. Ternyata pada titrasi pertama dengan indicator
pp diperlukan 38,44 ml HCL kemudian pada titrasi kedua diperlukan 11,23 ml
HCL a) Campuran apakah yang ada pada contoh
b) Hitung % masing – masing zat
Penyelesaian :
1 Rumus kimia
indikator pp : C2OH14O4
Fenolftalein tegolong asam yang sangat lemah dalam
keadaan tidak terionisasi , indicator ini tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang
karena anionnya. Reaksi yang terjadi :
CO32- +
H3O+ à HCO3-
+ H2O
2 Jangkauan pH
Indicator metil merah perubahan warna dengan
meningkatkan pH adalah dari warna merah
menjadi warna kuning dengan jangkauan pH 4,2 – 6,2 .
Indicator fenolftalein perubahan warna dengan
meningkatkan pH adalah dari warna merah menjadi tidak berwarna dengan jangkauan
pH 8,0 – 9,6
Indicator metal orange perubahan warna dengan
meningkatkan pH adalah dari warna kuning menjadi warna jingga dengan jangkauan
pH 3,1 – 4,4
3 Karena V1
> V2 , maka sampel campuran adalah NaOH + NaHCO3
%NaOH = (( V1 – V2 ) HCl x
NHCl x BENaOH / g. Sampel)
x 100%
= ( ( 38 , 44 – 11,23 ) ml x 0,1011
N x 39,9971 mg/mek / 500 mg)
x 100%
= 22 , 0058 %
%Na2CO3 = (V2 HCl x NHCl x BENa2CO3
/ g. Sampel ) x 100 %
= (11,23 ml x 0,1011 mek / ml x 105, 99 mg
/ mek / 500 mg ) x 100 %
= 24, 0672 %
11. Analisis Percobaan
Dari
pratikum yang dilakukan dapat dianalisa , pada saat standarisasi larutan HCl
dengan Na2CO3 hal ang pertama dilakuakn yaitu : menimbang
Na2CO3 sebanyak 0,4 gram . lalu masukan kedalam 3
erlenmeyer dengan masing – masing 25 ml setelah itu larutan ditetesi
sebanyak 3 tetes metil merah perubahan warna yang terjadi dari bening menjadi
ungu . lalu dititrasi menggunakan HCl larutan berubah menjadi bening dengan
volume 1) 20,8 ml 2) 20,5 ml
3) 19,8 ml sehingga volume rata –
ratanya adalah 20,36 ml .
Pada penentuan karbonat – bikarbonat hal yang pertama dilakukan adalah menimbang cuplikan pertama dan kedua sebanak 0,5 gr . dan larutan sebanyak 100ml , dan masukan kedalam 3 erlenmeyer sebanyak 25 ml , lalu diteteskan indicator fenolftalein (pp) sebanyak 3 tetes perubahan warna yang terjadi pada sampel , dari bening menjadi ungu dengan volume titran HCl 22,5 ml, 21,6 ml, 20 ml sehingga volume rata rata 21,36 ml . Kemudian dilanjutkan dengan titrasi tahap 2 menggunakan indicator m.o perubahan warna yang terjadi dari kuning menjadi jingga dengan volume titran 8ml, 7,7 ml, 9,4ml sehingga volume rata rata adalah 8,36 ml.
Lalu cuplikan 2 di teteskan indicator fenolftalein (pp) berubah warna dari bening menjadi ungu dan dititrasi dengan HCl berubah warna menjadi bening dengan volume 34,1ml, 33ml, 33ml volume rata rata yang didapatkan adalah 33,36 ml . lalu dilanjutkan dengan di teteskan indicator metil orang ( m.o ) dan berubah menjadi kuning dititrasi lagi dengan HCl dan berubah warna dari kuning menjadi jingga dengan volume 1,1 ml, 1,3ml, 1,4 ml
Pada Standardisasi, memiiki tujuan mengetahui normalitas larutan standar agar lebih akurat sehingga tidak terjadi kesalahan saat penentuan kadar sampel, Pada teori HCl memiliki normalitas 0,1 N sedangkan pada praktek 0,0926 N dalam praktek % kesalahan yang terjadi adalah 7,4% . Saat terjadi perubahan warna reaksi yang terjadi :
Pada penentuan karbonat – bikarbonat hal yang pertama dilakukan adalah menimbang cuplikan pertama dan kedua sebanak 0,5 gr . dan larutan sebanyak 100ml , dan masukan kedalam 3 erlenmeyer sebanyak 25 ml , lalu diteteskan indicator fenolftalein (pp) sebanyak 3 tetes perubahan warna yang terjadi pada sampel , dari bening menjadi ungu dengan volume titran HCl 22,5 ml, 21,6 ml, 20 ml sehingga volume rata rata 21,36 ml . Kemudian dilanjutkan dengan titrasi tahap 2 menggunakan indicator m.o perubahan warna yang terjadi dari kuning menjadi jingga dengan volume titran 8ml, 7,7 ml, 9,4ml sehingga volume rata rata adalah 8,36 ml.
Lalu cuplikan 2 di teteskan indicator fenolftalein (pp) berubah warna dari bening menjadi ungu dan dititrasi dengan HCl berubah warna menjadi bening dengan volume 34,1ml, 33ml, 33ml volume rata rata yang didapatkan adalah 33,36 ml . lalu dilanjutkan dengan di teteskan indicator metil orang ( m.o ) dan berubah menjadi kuning dititrasi lagi dengan HCl dan berubah warna dari kuning menjadi jingga dengan volume 1,1 ml, 1,3ml, 1,4 ml
Pada Standardisasi, memiiki tujuan mengetahui normalitas larutan standar agar lebih akurat sehingga tidak terjadi kesalahan saat penentuan kadar sampel, Pada teori HCl memiliki normalitas 0,1 N sedangkan pada praktek 0,0926 N dalam praktek % kesalahan yang terjadi adalah 7,4% . Saat terjadi perubahan warna reaksi yang terjadi :
Na2CO3
+ 2HCl à 2NaCl +H2CO3
Pada penentuan
karbonat bikarbonat cuplikan 1 menunjukan V1 > V2 yang
berarti cuplikan mengandung Na2CO3 + NaOH. Pada cuplikan
2 V2 = 0 yang berarti
cuplikan ini tidak bereaksi pada tahap 2 yaitu NaOH. Pemakaian kedua indicator pada penentuan
karbonat bikarbonat ini bertujuan agar pada saat tercapai titik ekivalen dapat
diketahui dengan jelas..
12. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di simpulkan
bahwa :
- N HCl setelah distandarisasi adalah 0,09267 mek / ml
- Sampel 1 merupakan campuran Na2CO3 + NaOH karena V1 > V2
- Sampel 2 merupakan NaOH karena V2 = 0
- % Na2CO3 dalam sampel 1 adalah 32,82 %
- % NaOH dalam sampel 1 adalah 38,52 %
- % NaOH dalam sampel 2 adalah 98,85 %
Daftar Pustaka
Kasie Laboratorium Kimia Analisis Dasar.“Jobsheet
Penuntun Praktikum Kimia Analisis Dasar“. 2015. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang .